Selasa, 01 Januari 2008

Saat Presiden Menetapkan Satu dari Tujuh Nama

Menimbang siapa yang akan menjadi pengganti Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), nyatanya lebih rumit daripada memutuskan siapa pengganti Panglima TNI. Paling tidak situasi seperti itulah yang tercermin dalam proses pergantian KSAD, dari Jenderal Djoko Santoso ke penggantinya.

Padahal, sejatinya, pemilihan KSAD merupakan proses internal TNI. Keterlibatan Presiden dalam proses itu merupakan ujud dari fungsinya sebagai Panglima Tertinggi TNI.

Tak heran, lambannya proses pergantian itu berjalan memancing komentar sejumlah pihak. Mulai dari politisi, hingga purnawirawan.Salah satu di antara purnawirawan yang memiliki perhatian terhadap masalah itu adalah Mantan Menhankam/Pangab Jenderal (Purn) Wiranto.

Kemarin dalam sebuah kesempatan, Wiranto mengingatkan agar jangan sampai ada nuansa politis yang masuk dalam pertimbangan pemilihan KSAD.

Bisa jadi, kompleksitas masalah yang muncul dalam pergantian KSAD terjadi lantaran belum ada aturan yang detil menyangkut kriteria calon KSAD. Kapuspen TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen mengungkapkan, dalam UU TNI tidak disebutkan secara detil kriteria yang harus dimiliki calon kepala staf angkatan.

Dalam UU hanya disebutkan, kata dia, bahwa calon kepala staf diajukan oleh Panglima TNI dan diputuskan oleh Presiden berdasarkan hak prerogati yang melekat pada dirinya.

Saat ini sudah ada tujuh nama jenderal bintang tiga di 'kantong' Presiden Yudhoyono. Ketujuh nama itu adalah Letjen Cornel Simbolon, Letjen M Yasin, Letjen Sjafrie Sjamsoeddin, Letjen Agustadi Sangsongko Purnomo, Letjen Bambang Darmono, Letjen Erwin Sudjono, dan Letjen George Toisutta.

Sebagaimana diketahui, dari ketujuh nama tersebut, terdapat dua perwira tinggi dari Akmil lulusan 1973. Keduanya adalah Letjen Cornel Simbolon yang saat ini menjabat sebagai Wakil KSAD dan Letjen M Yasin yang saat ini menempati posisi sebagai Sekjen Dewan Ketahanan Nasional.

M Yasin sendiri diketahui sebagai rekan satu angkatan Presiden Yudhoyono, yang memiliki kedekatan tersendiri dengan Presiden. Tak mengherankan, jika pada dua kali pencalonan pembantu Presiden Yudhoyono, yakni Kepala BIN dan Mendagri, nama perwira tinggi yang akan pensiun pertengahan tahun depan sempat disebut-sebut sebagai salah satu kandidat.

Sementara meninjau dari posisinya, Cornel Simbolon bisa dibilang paling kompeten untuk melaju sebagai KSAD. Karena sesuai tradisi, TNI AD selalu menyiapkan pengisi jabatan Wakil KSAD untuk dipromosikan sebagai KSAD.

Belakangan nama Cornel Simbolon disebut-sebut dicalonkan oleh parpol tertentu untuk menjadi pemimpin sipil sebuah provinsi itu. Sebelum menjabat Wakil KSAD, Cornel memenang posisi Dankodiklat. Dia dipromosikan sebagai Wakil KSAD pada 19 November 2007.

Sebagai lulusan Akmi 1973, keduanya memang tergolong senior dari segi usia, dibanding kandidat KSAD lainnya. M Yasin lahir di Tasikmalaya pada 13 September 1995. Sedangkan Cornel lahir Juni 1951.

Dihitung dari usia, maka masa tugas keduanya sudah akan berakhir pada akhir dan pertengahan 2008. Bukan tak mungkin, alasan itulah yang paling dipertimbangkan Presiden terkait pencalonan kedua sosok itu.

Selain wakil dari Akmil 73, bursa kandidat pengganti KSAD sekarang diisi oleh para perwira tinggi lulusan Akmil 74. Jumlah alumnus 74 ini cukup mendominasi, yakni tiga orang.

Mereka masing-masing adalah Letjen Bambang Darmono yang kini menjadi Dankodiklat, Letjen Sjafrie Sjamsoeddin (Sekjen Dephan), dan Letjen Agustadi Sasongko Purnomo (Sesmenko Polhukam).

Dari seluruh nama itu, hanya Letjen Bambang Darmono yang memiliki jabatan di dalam struktur Markas Besar TNI-AD. Hal itu menjadi penting karena di masa lalu ada semacam tradisi yang menyebut, calon pengganti KSAD selalu berasal dari pejabat di lingkungan Mabes TNI-AD. Bukan mereka yang berkarir di luar kesatuan.

Seperti halnya Cornel Simbolon, Bambang Darmono memang relatif baru menempati posnya. Perwira tinggi kelahiran 4 Mei 1952 yang sebelumnya menjabat Asops Kasum TNI, yang pada 29 Oktober 2007 dilantik menjadi Dankodiklat. Bambang sempat mengemban kepercayaan untuk jabatan Pangkoops TNI di Aceh, pada masa pemberlakuan darurat militer.

Menggaruk dekat luka


Calon berikutnya adalah Letjen Sjafrie Sjamsoeddin. Dari segi popularitas, perwira tinggi dari Kopassus ini boleh dikatakan cukup dikenal publik. Terutama sejak dirinya menjabat sebagai Pangdam Jaya, pada1998.

Tapi pada saat itu pulalah, karir Sjafrie sempat "diganjal' oleh tudingan pelanggaran HAM. Hanya saja, belakangan baik sebagian besar birokrat maupun DPR sepakat bahwa tidak ada indikasi pelanggaran HAM dalam kasus yang disebut melibatkan Sjafrie.

Tak mengherankan, nama mantan Kepala Pusat Penerangan TNI ini kemudian santer dibicarakan sebagai calon kuat pengganti KSAD. Bahkan, namanya sempat hanya tinggal disandingkan dengan satu kandidat lain, yakni Letjen Agustadi Sasongko Purnomo.

Namun salah seorang sumber Media di lingkungan militer mengingatkan, Presiden Yudhoyono adalah sosok yang concern terhadap masalah HAM. "Sehingga hampir bisa dipastikan, Presiden tidak mau menggaruk di dekat luka," demikian sumber tersebut mengibaratkan peluang Sjafrie.

Letjen Agustadi yang juga disebut-sebut sebagai calon kuat adalah peraih Adimakayasa karena menjadi lulusan terbaik Akmil 1974. Agustadi pernah menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya menggantikan Djoko Santoso yang dipromosikan sebagai Wakil KSAD.

Sepanjang sejarah karirnya, ternyata Agustadi juga pernah mengisi pos yang ditinggalkan Djoko, yakni untuk mengisi jabatan Pangdam XVI/Patimura. Tapi apakah kini Agustadi bakal kembali meneruskan karir Djoko Santoso, memang sangat tergantung keputusan Presiden.

Calon selanjutnya adalah Erwin Sudjono, lulusan Akmil 75. Jalan menuju kursi KSAD bagi perwira tinggi yang merupakan ipar Presiden Yudhoyono ini tidak bisa dibilang mulus. Selain karena KSAD Djoko Santoso berasal dari angkatan yang sama dengannya, Erwin juga diketahui sudah memasuki masa pensiun pada Februari 2008. Walau begitu, nama Erwin tetap diajukan sebagai calon, mengingat Erwin kini menyandang bintang tiga di pundaknya.

Perwira tinggi terakhir yang namanya telah berada di 'saku' Presiden Yudhoyono adalah George Toisutta. Sebelum menjabat sebagai Pangkostrad, George pernah memegang komando daerah militer di Kodam Trikora dan Kodam Siliwangi. Jabatan Pangkostrad baru diembannya sejak 13 November 2007. Oleh sebagian orang, George Toisutta dipandang sebagai the rising star

di lingkungan TNI-AD. Kendati masih sangat muda, peluang George sebagai KSAD bisa saja menguat. Bila pertimbangan Presiden diprioritaskan pada upaya regenerasi lingkungan TNI-AD.(Nur)